Dinsdag 07 Mei 2013

KEINDAHAN SAWAH

Geplaas deur Unknown om 23:02 0 opmerkings



by : Lilis Khoiriyah
hijau menjelang yang indah
Angin  sepoi-sepoi
Padi-padi tumbuh dengan subur
Begiu indah pemandangan sawah

subuh menjelang
Para petani membawa cangkul
Menyambut indahnya pemandangan sawah
Mereka mulai menanam padi




Geplaas deur Unknown om 22:45 0 opmerkings

Pengertian dan Macam-Macam Diskusi

Diskusi sebagai media latihan permulaan untuk menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat, percaya diri, dan saling menghargai pendapat orang lain. Pada berdiskusi, di samping yang berbicara ada pula yang menyimak dan menulis (mencatat). Hal ini menyebabkan pula ada orang yang membaca.
Pengertian dan Macam-Macam Diskusi
Berikut ini Macam-Macam Diskusi :

1. Diskusi panel
Diskusi panel pada prinsipnya melibatkan beberapa penulis yang mempunyai keahlian dalam bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan pendapat dan pandangannya mengenai suatu masalah untuk kepentingan pendengar. Dengan mendengarkan pendapat para ahli, pendengar akan di bimbing ke arah berpikir secara kritis dan melatih kemampuan menganalisis masalah.

2. Simposium 
Simposium hampir sama dengan dikusi panel, hanya lebih bersifat formal. Dalam symposium tidak diambil suatu keputusan, tetapi hanya untuk mendapat perbandingan tentang suatu masalah. 

3. Seminar
Seminar merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah melalui diskusi untuk mendapatkan suatu keputusan bersama. Tujuan seminar adalah untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu masalah. Kesimpulan atau keputusan yang diambil dalam seminar bisa dalam bentuk usul, saran, resolusi, atau rekomemdasi.
Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan seminar adalah sebagai berikut  :
  1. Dimulai dengan mendengarkan pandangan umum tentang suatu masalah
  2. Peserta dibagi beberapa kelompok.
  3. Untuk menukar pengalaman dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja.
  4. Brainstorming (curah pendapat, sumbangan saran)
  5. Brainstorming adalah aktivitas dari sekelomok orang yang menciptakan gagasan yang baru yang sebanyak-banyaknya. Kalau brainstorming mendadak berhenti, moderator dapat memancingnya denga mengemukakan gagasan-gagasan yang telah disepakati dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Dalam brainstorming dibutuhkan seorang notulis untuk mencatat gagasan-gagasan yang timbul.

Karangan Diskripsi

Geplaas deur Unknown om 22:41 0 opmerkings

Wina membuka pintu kelasnya perlahan-lahan. Dilihatnya sebuah jendela yang terbuka. Di bawah jendela, tampak sebuah meja guru yang memakai tapalak putih. Di atas taplak putih itu ada sebuah vas bunga dari kayu. Vas bunga tersebut bergambar beberapa kuntum bunga matahari seperti bunga yang ada didalamnya. Disebelahnya tergeletak sebuah agenda kelas yang terbuka dan kalender duduk.
Wina lalu memasuki ruang kelasnya dengan langkah yang lambat. Dia memalingkan pandangan ke arah kanan. Tampak satu buah white board yang bersih tanpa coretan. Di sebelah kiri white board tersebut, terpasang sebuah tempat spidol berwarna biru muda, serasi dengan dinding yang bercatut biru tua. Dan disebelah kanan white board terpasang satu papan madding yang penuh tulisan-tulisan karya siswa.
Wina memutar pandanganya ke belakang kelas. Ada sebuah pribahasa berbahasa inggris yang berwarna kuning bertuliskan ‘practice make perpect’ dibawahnya terpasang sebuah system periodik unsur-unsur di kiri kananya juga terpasng sebuah denah duduk dan daftar kelompok belajar.
Selain itu, ditatapnya dinding kiri kelas. Di sana terpasang struktur organigram dan sebuah daftar regu kerja dari karton berwarna kuning. Struktur organigram dan daftar regu kerja tersebut ditutupi oleh plastic bening.
Wina berpaling kedinding kanan. Disana tergantung daftar pelajaran berwarna kuning. Daftar pelajaran itu disusun tak berurutan, hurf-hurufnya pun dari guntingan majalah. Meski tampak tidak rapi,namun cukup bagus dan menarik.
Wina menyusuri deretan bangku kosong didepanya. Tak usah dihitung lagi karena pasti ada 40 meja dan 80 kursi. Dan tanpa kata wina berjalan kebangkunya sendiri,dan duduk manis disana

Wacana Berdasarkan Cara Pemaparan

Geplaas deur Unknown om 22:38 0 opmerkings

                                                        Wacana naratif (narasi)

Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:8) wacana naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku. Isi wacana ditujukan ke arah memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu, cara-cara bercerita, atau aturan alur (plot).
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:45-46) wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam narasi terdapat unsu-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu, bahkan unsur pergeseran waktu itu sangat pentng. Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedangkan unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku.
Wacana narasi pada umumnya ditujukan untuk menggerakan aspek emosi. Dengan narsi, penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.

Wacana deskriptif (deskripsi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:11) wacana deskriptif berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan mencapai penghayatan dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung. Wacana deskriptif ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif. Pemaparan secara objektif bersifat menginformasikan sebagaimana adanya, sedangkan pemaparan secara imajinatif bersifat menambahkan daya khayal. Daya khayal yang didapatkan didalam novel atau cerpen, atau isi karya sastra pada umumnya.
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:37-38) wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana tersebut adalah emosi. Hanya melalui emosi, seseorang dapat membentuk citra atau imajinasi tentang sesuatu. Oleh sebab itu, ciri khas wacana deskripsi ditandai dengan pengggunaan kata-kata atau ungkapan yang bersifat deskriptif, seperti rambutnya ikal, hidungnya mancung, dan matanya biru. Dalam wacana ini biasanya tidak digunakan kata-kata yang bersifat evaluatif yang terlalu abstrak seperti, tinggi sekali, berat badan tidak seimbang, matanya indah, dan sebagainya.
Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana deskripsi cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.

Wacana Prosedural (Eksposisi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:9) wacana prosedural dipaparkan dengan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan dan secara kronologis. Wacana prosedural disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara mengerjakan atau menghasilkan sesuatu.
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:38-39) wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi, diperlukan proses berpikir.
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata tanyabagaimana. Oleh karena itu, wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.


Wacana Hortatori (Argumentasi)
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:39-40) wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Senada dengan itu, Salmon (1984:8) memberikan definisi argumentasi sebagai seperangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang terdapat dalam perangkat itu.
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:10) wacana hortatori adalah tuturan yang berisi ajakan atau nasihat. Tuturan dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan untuk menyakinkan. Wacana ini tidak disusun berdasarkan urutan waktu, tetapi merupakan hasil. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan. Isi wacana selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling tidak menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong untuk melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara lain khotbah, pidato tentang politik.
Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topik diangkat karena mempunyai nilai, seperti indah, benar, baik, berguna, efektif atau sebaliknya.
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutrur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan, alasan, dan pembenaran. Pernyataan mengacu pada kemampuan penutur dalam menentukan posisi. Alasan mengacu pada kemampuan penutur untuk mempertahakn pernyataannya dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan.

 Wacana Ekspositori
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:10-11) wacana ekpositori bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan. Pada umumnya, ceramah, pidato, atau artikel pada majalah dan surat kabar termasuk wacana ekspositori. Wacana ini dapat berupa rangkaian tuturan yang menjelaskan atau memeparkan sesuatu. Isi wacana lebih menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang ingin dicapai melalui wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu.
Wacana ekspositori dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk perbandingan, uraian kronologis, identifikasi. Identifikasi dengan orientasi pada meteri yang dijelaskan secara rinci atau bagian demi bagian.
6. Wacana Dramatik
Wacan dramatik menyangkut beberapa orang penutur (persona) dan sedikit bagian naratif. Pentas drama merupakan wacana dramatik. Drama dahulu dikenal dengan sebutan ‘sandiwara’, tetapi sekarang lebih dikenal dengan nama drama.


Wacana Epistolari
Wacana epistolari digunakan di dalam hal surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu. Wacana ini dimulai dengan alinea pembuka, isi, dan alinea penutup.

Wacana Seremonial
Wacana seremonial berhubungan dengan upacara adat yang berlaku di masyarakat bahasa. Wacan seremonial dapat berupa nasihat (pidato) pada upacara perkawinan, upacara kematian, upacara syukuran, dsb.

Puisi Bebas

Geplaas deur Unknown om 22:36 0 opmerkings



PERSAHABATAN
Puisi Amal

sahabat bagaikn tempatku berteduh..
bila diriku terkena air mata dalam kesedihanku,
disanalah diriku bisa berbagi dalam hidupku, yang tak pernah aku dapatkan d’tempat lain…
hanya sahabatlah yang mampu mengerti dan pahami,
apa yang sedang aku alami saat ni..

tanpa sahabat..
bagai jiwa yang terlepas dari ragaku..
membuat ragaku tak mampu bergerak dalam setiap langkahku..
persahabatan ini kan abadi..
meski d’dunia nih tak kan ada yang abadi..

Masalah Lingkungan Hidup Bagi Manusia

Geplaas deur Unknown om 22:08 0 opmerkings

Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius. Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional, dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Apabila satu aspek dari lingkungan terkena masalah, maka berbagai aspek lainnya akan mengalami dampak atau akibat pula.
Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih kemudian secara alami (homeostasi).
Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
Oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkunganm seperti krusakan sumber-daya alam, penyusutan cadangan-cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. jadi, beralasan jika dikatakan, di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia.
Terhadap masalah-masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, tanah longsor, gaga! panen karena harna, kekeringan, punahnya berbagai spesies binatang langka, lahan menjadi tandus, gajah dan harimau mengganggu perkampungan penduduk, dan lain-lainnya, dalam rangka sistem pencegahan (preventive) dan penanggulangan (repressive) yang dilakukan untuk itu, tidak akan efektif jika hanya ditangani dengan paradigma fisik, ilmu pengetahuan dan teknologi, atau ekonomi. Tetapi karena faktor tadi, paradigma solusinya harus pula melibatkan semua aspek humanistis. Maka dalam hal ini, peran ilmu-ilrnu humaniora seperti sosiologi, antropologi, psikologi, hukum, kesehatan, religi, etologi, dan sebagainya sangat strategis dalam pendekatan persoalan lingkungan hidup.
 

Country Song Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos